Gaya Asimetris: Cara Berpakaian Yang Berani Dan Unik

Gaya Asimetris: Cara Berpakaian Yang Berani Dan Unik – Sejak saya masuk SMA, ibu saya mengenalkan saya pada banyak majalah remaja seperti Girl atau My Friend, beberapa di antaranya meliput tren fashion. Menyenangkan sekali melihat model majalah mengenakan pakaian remaja vintage karena sangat menarik dan membuat saya belajar menemukan gaya saya sendiri. Dulu saya sangat senang memakai pakaian vintage atau desain asimetris yang terlihat unik dan berbeda.

Setelah 10 tahun membaca majalah remaja Indonesia, saya menyadari bahwa gaya di majalah kita lebih banyak dipengaruhi oleh gaya Amerika. Mulai dari cipratan motif di sana-sini, keberanian memakai warna cerah, hingga riasan berani. Belum lagi saat K-Pop mulai marak di Indonesia, banyak anak muda yang mengikuti gaya Korea yang lebih kece dan manis.

Gaya Asimetris: Cara Berpakaian Yang Berani Dan Unik

Gaya Asimetris: Cara Berpakaian Yang Berani Dan Unik

Setelah pindah ke Eropa dua tahun lalu, saya mulai menghentikan kebiasaan membaca majalah fashion Amerika dan tidak memperhatikan K-Pop. Saya sangat terkejut mengetahui bahwa orang Eropa memiliki selera fesyen yang berbeda dengan orang Amerika dan Asia. Bepergian ke berbagai negara Eropa juga membuka mata saya untuk melihat dan membandingkan gaya pakaian anak perempuan di Eropa Barat, Utara, Selatan dan Timur. Bagi saya, gaya Eropa itu sederhana namun elegan. Kalaupun ada yang tidak biasa, tetap terlihat cerah tanpa terlihat berlebihan.

Unik, Ini 5 Influencer Hijab Fashion Mancanegara Yang Harus Kamu Ikuti

Secara umum, orang Eropa memiliki gaya yang lebih anggun dan anggun dibandingkan orang Amerika. Saya pribadi lebih menyukai gaya berpakaian Perancis dan Swedia karena mereka suka memakai seragam dan tetap bisa tampil santai. Berikut pelajaran fesyen dari orang-orang Eropa yang menjadikan mereka negara berbusana terbaik di dunia.

Untuk menyampaikan kesan feminim, orang Eropa lebih suka memakai pakaian yang pas di badan. Tidak terlalu ketat agar terlihat murahan, namun juga tidak terlalu besar untuk menenggelamkan tubuh. Jika Anda berwisata ke benua biru ini, coba saja kunjungi banyak toko pakaian yang memiliki label asli Eropa. Baju yang dijual terlihat sederhana, namun tetap terlihat mahal dan elegan.

Berbeda dengan tren fesyen Amerika yang cenderung ketat dan banyak menonjolkan seksualitas, gadis-gadis Eropa sedikit lebih konservatif dalam hal pakaian. Bahkan di musim panas, alih-alih mengenakan gaun mini dan sangat ketat, mereka memilih gaun atau jas musim panas yang terbuat dari bahan bagus. Di musim dingin, berbeda dengan kebanyakan orang Amerika yang fokus pada hal-hal besar, orang Eropa memilih sweater atau mantel yang dipotong sesuai ukuran tubuh.

Kalau aku di Indonesia, aku kurang suka memakai baju tanpa busana karena terkesan biasa dan biasa saja. Itu sebabnya sebagian besar gaun saya sedikit unik dengan potongan atau keliman yang tidak serasi. Faktanya, di Eropa, semakin sederhana pakaiannya, semakin mahal pula harganya. Barang berkualitas.

Eksplorasi 8 Gaya Hijab Kuliah: Inspirasi Fashion Modern

Soal pemilihan warna, orang Eropa terbilang membosankan sehingga terlihat aman. Berbeda dengan gaya orang Asia yang lebih menyukai warna cerah dan pastel, orang Eropa lebih berhati-hati dalam memilih warna pakaian.

Masyarakat Eropa Utara dikenal menyukai warna-warna netral seperti hitam, putih, biru atau krem. Di Italia atau Yunani, anak perempuan berani memilih warna merah atau kuning. Pada saat yang sama, Republik Ceko atau Hongaria terlihat lebih biasa dan tidak menyukai warna-warna yang terlalu cerah.

Pemilihan warnanya sendiri juga bergantung pada negara dan musim. Di Indonesia, warna gelap melambangkan kesedihan. Sedangkan di Asia Timur, warna putih menjadi warna yang digunakan saat prosesi kematian. Warna hitam juga tidak cocok digunakan di negara tropis karena menyerap panas. Namun sebaliknya, di Eropa utara, warna hitam hampir menjadi warna favorit semua orang di musim dingin.

Gaya Asimetris: Cara Berpakaian Yang Berani Dan Unik

Jika suatu saat Anda berkesempatan berlibur atau tinggal di Eropa, bawalah baju atau aksesoris asal Indonesia dengan warna netral. Orang Eropa menyukai motif, namun sebaiknya monokrom dan tidak terlalu berani. Mereka tidak suka memakai pakaian dengan warna atau corak yang bentrok dari atas ke bawah karena terlalu menarik perhatian.

6 Inspirasi Gaya Hijab Turban Ala Influencer Aghnia Punjabi

Meski tren celana harem sedang booming di Indonesia dan Amerika, namun tidak di Eropa. Saya belum pernah melihat gadis-gadis Eropa berjalan-jalan dengan celana gaya Aladdin. Ketimbang pakai mom jeans atau jogger, orang Eropa lebih nyaman memamerkan kaki ramping dan panjang dengan skinny jeans.

Saat bosan mengenakan jeans, para gadis ini biasanya lebih memilih rok atau memakai kaos kaki di musim dingin. Beberapa orang yang bosan mengenakan skinny jeans biasanya memilih celana berbahan katun yang kurang formal dengan potongan sempit atau puncak di atas mata kaki. Menurut seseorang yang mengenalnya, di Amerika masyarakatnya selalu memakai skinny jeans, bahkan masyarakat disana tidak segan-segan mengenakan piyama atau sweatshirt saat keluar rumah.

Mendapat kesempatan tinggal bersama keluarga Eropa, saya terkesima dengan gaya berpakaian mereka di rumah. Di penghujung minggu dan tidak melakukan apa-apa, keluarga angkat saya di Belgia tetap tampil modis. Nele, tuan rumah ibuku, selalu memakai celana jeans boot cut di rumah. Sementara itu ayah angkatku, Koenrad, terlihat cemas dengan celana jins berwarna coklat atau hijau.

Di Denmark, saya tidak pernah melihat Louise mengenakan blus bahkan di rumah. Louise selalu mengenakan blus feminin meski sedang mengasuh si kembar. Meski tidak berencana pergi kemana-mana, Louise mendandani anak-anaknya dengan pakaian kasual, seperti jeans atau gaun musim panas. Mereka selalu tampil segar, gaya dan siap berpergian kemanapun tanpa berganti pakaian.

Berhijab Atau Tidak, Inilah 9 Gaya Berpakaian Yang Pas Untukmu Calon Ibu-ibu Muda

Di Indonesia, saya tidak bisa mandi seharian dengan memakai piyama. Tapi karena saya tinggal di Eropa bahkan di rumah sendirian saya terbiasa memakai jeans, T-shirt dan sepatu balet dengan riasan tipis dan parfum. Padahal di Indonesia kalau berpakaian seperti itu pasti ditanya mau pergi kemana.

Pernahkah Anda membeli pakaian, menyimpannya di lemari, lalu berharap bisa dipakai untuk acara? Sampai acara tiba, baju baru hanya disimpan saja dan kadang lupa kalau sudah tidak dipakai.

Orang Eropa selalu membeli pakaian yang tepat untuk setiap kesempatan. Aku selalu memperhatikan Louise tampil modis di kantor, mulai dari mengenakan t-shirt dan jeans, hingga tampil anggun dalam balutan gaun hitam. Suatu kali, saya mengunjungi rumah teman saya yang berkebangsaan Paris dan masih berpenampilan seperti model ketika dia menjamu kami. Ia memadukan atasan putihnya dengan kimono bermotif atau tampil keren dengan kemeja denim dan rok mini. Teman saya yang lain, Ieva, mengenakan gaun mini tidak hanya saat pergi ke bar atau klub malam, tapi juga saat berkencan di restoran.

Gaya Asimetris: Cara Berpakaian Yang Berani Dan Unik

Orang kulit putih tidak pernah mengenakan pakaian terbaiknya hanya karena mereka tidak ingin memakainya ke suatu acara. Daripada menyimpan pakaian dan menunggu acara tertentu, mereka selalu mencari waktu lain agar pakaian bisa dipakai. Mereka tak segan-segan mengenakan mini dress di siang hari, lalu dipadukan dengan cardigan dan kaos kaki agar semakin “cantik” dan mereka kompak.

Tren Fashion Slashed 2024: Revolusi Fashion Lewat Potongan Asimetris Dan Edgy

Dulunya membeli baju hanya karena ingin memakainya ke pesta, kini tak peduli kapan pesta itu tiba. Saya masih memakai pakaian itu bahkan ketika saya sendirian di kedai kopi. Saya juga tidak perlu memakai celana khaki ke pesta pernikahan, tapi tetap bisa modis jika memakainya sebagai ganti sweter.

Saya kagum dengan ukuran lemari orang Eropa tanpa terlihat berlebihan. Berbeda dengan orang Amerika yang harus menyimpan sepatunya hingga 3 ruangan, jumlah sepatu Eropa bisa dihitung dan disimpan dalam satu ruangan saja.

Aku teringat isi baju ibuku di rumah yang disimpan di 5 kamar! Belum lagi lemari tas dan sepatu yang sukses memenuhi kamar tidur dan ruang makan. Awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan jumlah gaun dan koleksinya. Namun setelah tinggal di Eropa dan kembali ke Indonesia, saya menyadari bahwa kebiasaan menyimpan pakaian tersebut hanya membuang-buang waktu dan uang. Belum lagi banyak hal yang perlu ditata sehingga membuat rumah menjadi ramai.

Bayangkan berapa banyak waktu yang kita habiskan setiap pagi hanya karena sibuk memilih pakaian dan kecantikan. Belum lagi di pesta pernikahan, unduh koleksi tas dan sepatu Anda untuk dipadupadankan. Jika Anda menjadi berantakan seperti itu, Anda akhirnya akan mengenakan pakaian yang sama.

Tren Fashion Wanita Tahun 2024, Eksplorasi Gaya Yang Menawan

Brian, ayah angkat saya di Denmark, hanya membeli pakaian terbaik dari merek terkenal. Brian tidak membeli dan menimbun pakaian hanya karena sedang diskon. Jika bajunya banyak, sebelum membeli yang baru, Brian selalu memberikan bajunya terlebih dahulu.

Seperti istrinya, saya tidak melihat Louise membeli banyak sepatu hanya untuk dikoleksi. Anda dapat menghitung dengan jari Anda jumlah sepatu yang Louise miliki di lemarinya. Bukan karena mereka tidak punya uang untuk membeli banyak barang, malah sepatu mereka dibeli dengan harga lebih tinggi untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik.

Dari segi pakaian, Luiza sama dengan suaminya. Sebelum membeli baju baru, Louise selalu menata isi lemari pakaiannya terlebih dahulu. Pakaian yang sudah tidak muat lagi, agak longgar atau sudah tidak disayangi lagi biasanya akan diberikan kepada orang yang disayangi atau disumbangkan ke Palang Merah.

Gaya Asimetris: Cara Berpakaian Yang Berani Dan Unik

Louise juga bukan tipe ibu rempong yang suka membawa tas kesana kemari dengan berbagai warna. Ketimbang membeli banyak tas untuk dipadukan dengan beberapa pakaian, Louise lebih memilih menggunakan clutch hitam untuk acara santai. Di tempat kerja, dia membawa tas kulit berukuran besar.

Apa Itu Coquette Style? 5 Influencer Yang Bisa Kamu Ikuti

Bagi orang Asia dan Amerika, mengenakan pakaian yang sama berulang kali mungkin dianggap tidak pantas, tidak pantas, atau tidak mempunyai uang untuk membeli yang baru. Padahal, bagi orang Eropa, tidak ada masalah untuk memakai baju, tas, atau sepatu yang sama berulang-ulang, asalkan barang yang dibeli berkualitas baik (baca: tidak ada KW-KWAn).

Coba tonton film Eropa dari Perancis seperti Amélie atau Call Me by Your Name yang bersetting di Italia. Kostum dan gaya yang digunakan para aktor pun sama di setiap adegannya. Berbeda dengan orang Amerika yang dihadapkan pada konsumen dan membeli pakaian sesuai tren. Tonton saja banyak film Hollywood yang para aktornya terus-menerus berganti gaya di setiap adegannya. Kesimpulannya, orang Eropa punya pakaian

Artikel Terkait

Leave a Comment